Do I need to marry a girl?
Pertanyaan tersebut selalu timbul ketika kita sebagai seorang gay merencanakan
masa depan kita. Ya, karena sebagian besar dari kita merasa bahwa menikah
dengan seorang wanita bisa menjadi sebuah jalan keluar terakhir menuju apa yang
sebelumnya kita anggap kebahagiaan. Tapi apakah benar dengan menikah dengan seorang
wanita bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan coba membahas sedikit tentang kehidupan gay di Indonesia.
Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan coba membahas sedikit tentang kehidupan gay di Indonesia.
Sebagai seseorang yang lahir,
tumbuh dan besar di Indonesia, kita sudah ditanamkan norma kehidupan
bermasyarakat dan juga agama dari sejak kecil. Kedua hal inilah yang membuat
hidup kita sebagai seorang gay di Indonesia menjadi tidak mudah. Tidak mudah
karena kita selalu dituntut untuk hidup berdasarkan norma2 yang berlaku di
masyarakat seperti bersalaman harus menggunakan tangan kanan, menghormati orang
yang lebih tua dari kita, rajin beribadah dan sebagainya.
Masih ingat jalan sekolah
dulu? Kita selalu mendapatkan pelajaran Agama dari SD kelas 1 sampai dengan
SMA/SMK kelas 3. Selama 12 tahun penuh kita belajar Agama dan kalau sampai
angkanya merah maka kita tidak bisa naik kelas, belum lagi ditambah masa2
kuliah. Hal2 inilah yang membuat kita merasa harus menikah dengan seorang
wanita walaupun kita adalah seorang gay. Tapi, kembali ke pertanyaan saya
diawal, apakah sebagai seorang gay bisa menjadi bahagia dengan cara menikahi
lawan jenis?
(Sebenarnya ada beberapa jenis
pernikahan laki2 gay dengan wanita, beberapa diantaranya adalah menikah dengan
Lesbian, menikah dengan tujuan status namun jujur kepada istri bahwa dirinya
seorang gay – marriage of convenience
– dan lain lain, tapi yang akan saya bahas disini adalah pernikahan dengan wanita
straight yang didasari kebohongan)
Kita akan melihat beberapa
kasus nyata dari rekan saya di Indonesia dan juga fakta pernikahan gay dengan straight di China.
Kenapa dari China? Karena
disana ditemukan banyak sekali pernikahan gay dengan lawan jenis dan China juga
mempunyai karakter ketimuran yang mirip dengan Indonesia. Mirip dari sisi
kebutuhan berkeluarga, dan norma kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan website http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-02-03/china/31020836_1_gay-men-heterosexual-marriage-homosexual-men
sekitar 16 juta wanita straight di
China sudah menikah dengan laki2 gay, hidup dalam kesengsaraan dan kesendirian.
Saking banyaknya istri dari laki2 gay disana, sampai2 para istri tersebut
membuat komunitas untuk saling memberikan dukungan dan sharing pengalaman untuk
meringankan beban satu sama lain.
Salah satu dari mereka
berkata "Banyak dari istri para laki2 gay yang saya kenal secara diam2
hidup dalam kesengsaraan disisi suami yang tidak pernah bisa mencintai mereka
apa adanya, termasuk saya. Beberapa dari mereka bahkan menjadi korban kekerasan
suami mereka yang juga berada dalam tekanan yang sangat besar”. Apakah menikah
dengan seorang wanita memberikan tekanan yang sangat besar bagi seorang gay?
Contoh lain datang dari
rekan saya, sebut saja namanya Lukman. Lukman adalah seorang laki laki
keturunan Arab yang lahir dan besar di Indonesia, tepatnya di Surabaya. Lukman
adalah seorang pria yang berprestasi sampai sampai mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan studinya ke Amerika. Ketika kembali ke Indonesia, tentu saja
keluarga Lukman mengharapkan seorang pasangan yang sempurna bagi Lukman.
Seorang wanita yang bisa memberikan Lukman keturunan dan membahagiakan Lukman.
Lukman, sejak remaja adalah
seorang gay dan sudah hidup sebagai seorang gay sejak kuliah di Amerika. Namun
untuk membahagiakan keluarganya dan juga untuk menunjukan kepada masyarakat
Indonesia akhirnya Lukman memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang
menurutnya bisa menjadi istrinya yang baik. Waktu itu Lukman berusia 31 tahun
dan dengan kepintaran dan pengalaman hidupnya, Lukman sudah menghitung semua
resiko yang bisa terjadi pada hidupnya nanti. Lukman merasa dengan menikah bisa
menyelesaikan semua masalah yang ada dipundaknya dan melanjutkan hidunya dengan
bahagia.
Di hari pernikahannya,
banyak sekali yang Lukman pikirkan dan khawatirkan. Akan tidur seranjang dengan
seorang wanita-lah, harus selalu berpura-pura didepan kerabat-lah, apa yang
akan terjadi kalau ketahuan-lah, akan mengeewakan orang tua kalau ketahuan-lah,
semuanya ada didalam pikiran Lukman dan sudah memuncak dihari pernikahannya.
Karena tidak tahan akhirnya Lukman yang baru berusia 31 tahun mengalami serangan
jantung pertamanya tepat dihari pernikahannya didepan semua tamu undangan
resepsi dan keluarga besar Lukman.
Untungnya sampai hari ini
Lukman masih hidup dan sudah mempunyai gaya hidup sehat. Lukman menjalani
kehidupan pernikahan yang buruk dan bercerai 1 tahun kemudian. Saat ini Lukman
sudah berhasil menerma diri dia apa adanya dan menyadari bahwa menikah dengan
wanita adalah satu dari beberapa kesalahan terbesar dalam hidup dia yang selalu
dia sesali.
Awalnya, banyak gay muda
yang merasa bahwa menikahi seorang wanita adalah jalan keluar. Jalan keluar
dari keputusasaan akan tekanan keluarga dan masyarakat. Akhirnya, bisa hidup
dengan bebas karena sudah memberikan bukti pamungkas bahwa dirinya bukan
seorang gay. Anggapan itu adalah salah besar! Menikahi seorang wanita dengan
kebohongan bukanlah jalan keluar, melainkan jalan masuk kedalam kehidupan yang
penuh tekanan dan bisa menimbulkan depresi.
Dua website dibawah ini
mencoba menulis beberapa gejala suami yang gay :
Beberapa gejala itu antara
lain :
- Mengaku depresi dan menyalahkan istrinya atas tekanan yang ia terima.
- Menjadi lebih kasar didalam lingkungannya.
- Mencoba menyembunyikan depresi-nya dengan lari ke alkohol dan pelarian lainnya.
Jadi, masih berani menikah
dengan wanita atas dasar kebohongan?
Perlu kita sadari bahwa
Indonesia masih jauh dari negara2 yang sudah memperbolehkan pernikahan sama
jenis seperti Belanda, Peranics, Islandia dan sebagainya. Tidak menikah dengan
wanita juga belum tentu akan menyelesaikan semua masalah kita sebagai seorang
gay. Tapi setidaknya kita bisa menghindari apa yang sudah dialami oleh banyak
gay yang mencoba menikahi seorang wanita atas dasar kebohongan, depresi bahkan
serangan jantung dihari pernikahan. Berusahalah untuk jujur kepada orang2
sekitar, apabila sangat sulit untuk jujur, teruslah bertahan untuk tidak masuk
kedalam hidup yang lebih sulit lagi.
Good luck!
PS : saya punya contoh lain
pasangan suami istri gay-straight
yang sangat inspiratif untuk dibaca.
The link from NBC news was indeed very inspirative.. :)
ReplyDelete